The Road of Silence
di balik kabut Semeru
tiada tampak ujud seribu burung yang sedang berkicau nyaring
di balik kabut Sang Maha Meru
tiada tampak......... Di Manakah Ia yang sejati, yang senantiasa
bertakbir dalam berbagai ia-ia
Dimitri Mahayana, 11 Renungan Sains, Filsafat & Cinta
Menyambung tulisanku sebelumnya, marah membuat energi kita terkuras habis, ketika kita tidak sanggup lagi mengontrol ke-marah-an kita, maka diam adalah hal yang paling efektif. memang kadangkala kita butuh diam sejenak dari segala keramaian dunia, diam sejenak untuk melihat diri kita lebih dalam, diam sejenak untuk mengoreksi fikiran kita, agar kita lebih mawas diri.
Dengan Diam kita belajar mendengarkan, kita belajar mengamati alam dan lingkungan disekitar kita. Biasanya kita selalu mau untuk di dengarkan, bahkan kita maksa2 orang lain untuk mau duduk di samping kita tuk sekedar mendengarkan celoteh kita, mendengarkan keluh kesah kita. Bahkan di luar sana para psikiater pun bahkan dibayar hanya untuk mendengarkan keluhan si pasien.
What's wrong with that ?
Apakah fikiran kita sudah capek karna terus menerus dipaksa untuk bekerja ?, Apakah kebutuhan-kebutuhan kita belum terpenuhi ?, atokah keinginan kita yang segunung belum juga dapat kita realisasikan satu persatu ? atau sejumlah permasalahan yang sementara menghimpit kehidupan kita saat ini ?
Beberapa diantara kita kemudian melarikan diri dari semua masalah yang menghimpit kehidupannya. Padahal lari dari sebuah permasalahan justru akan menimbulkan berbagai permasalahan baru.
saya teringat dengan sebuah anekdot, kurang lebih seperti ini :
Suatu ketika seorang pemuda menghampiri seorang penebang pohon yang sudah seharian penuh menebang sebatang pohon besar. kemudian sang pemuda berkata (tentunya setelah basa-basi sedikit -red) "sudah berapa lama bapak menebang pohon itu ?".
dan penebang pohon pun menjawab "sejak tadi pagi sampai sore hari ini belum juga kelar". setelah memperhatikan kampak yang digunakan bapak penebang kayu tersebut, sang pemuda berkata "kenapa bapak tidak berhenti dulu barang sejenak sekedar untuk mengasah kampak yang telah tumpul itu ?", sang penebang menjawab "Saya tidak punya waktu untuk mengasahnya, apa lagi ini sudah sore". Sang pemuda kemudian diam dan melanjutkan perjalanannya.
Bahkan saya pun demikian, terkadang karna kesibukan menyiapkan materi terlalu padat, maka hampir tidak ada waktu untuk sejenak diam dan mengistirahatkan fikiran saya yang sebenarnya sudah jenuh. yang akhirnya materi tidak dikuasai sepenuhnya untuk kemudian di sajikan di depan kelas. yang ujung2nya stress juga jadinya.
kenapa kita tidak beristirahat dan mengasah kampak fikiran kita, supaya lebih tajam digunakan untuk melakukan aktifitas kita selanjutnya.
Sebelum semuanya terlambat, sebaiknya kita diam sejenak tuk memahami segala tindakan kita yang telah kita perbuat. untuk lebih dekat dengan diri kita sendiri, tuk lebih mengenal siapa sebenarnya jati diri kita.
issengi....???
Jayalah INDONESIAKU........
tiada tampak ujud seribu burung yang sedang berkicau nyaring
di balik kabut Sang Maha Meru
tiada tampak......... Di Manakah Ia yang sejati, yang senantiasa
bertakbir dalam berbagai ia-ia
Dimitri Mahayana, 11 Renungan Sains, Filsafat & Cinta
Menyambung tulisanku sebelumnya, marah membuat energi kita terkuras habis, ketika kita tidak sanggup lagi mengontrol ke-marah-an kita, maka diam adalah hal yang paling efektif. memang kadangkala kita butuh diam sejenak dari segala keramaian dunia, diam sejenak untuk melihat diri kita lebih dalam, diam sejenak untuk mengoreksi fikiran kita, agar kita lebih mawas diri.
Dengan Diam kita belajar mendengarkan, kita belajar mengamati alam dan lingkungan disekitar kita. Biasanya kita selalu mau untuk di dengarkan, bahkan kita maksa2 orang lain untuk mau duduk di samping kita tuk sekedar mendengarkan celoteh kita, mendengarkan keluh kesah kita. Bahkan di luar sana para psikiater pun bahkan dibayar hanya untuk mendengarkan keluhan si pasien.
What's wrong with that ?
Apakah fikiran kita sudah capek karna terus menerus dipaksa untuk bekerja ?, Apakah kebutuhan-kebutuhan kita belum terpenuhi ?, atokah keinginan kita yang segunung belum juga dapat kita realisasikan satu persatu ? atau sejumlah permasalahan yang sementara menghimpit kehidupan kita saat ini ?
Beberapa diantara kita kemudian melarikan diri dari semua masalah yang menghimpit kehidupannya. Padahal lari dari sebuah permasalahan justru akan menimbulkan berbagai permasalahan baru.
saya teringat dengan sebuah anekdot, kurang lebih seperti ini :
Suatu ketika seorang pemuda menghampiri seorang penebang pohon yang sudah seharian penuh menebang sebatang pohon besar. kemudian sang pemuda berkata (tentunya setelah basa-basi sedikit -red) "sudah berapa lama bapak menebang pohon itu ?".
dan penebang pohon pun menjawab "sejak tadi pagi sampai sore hari ini belum juga kelar". setelah memperhatikan kampak yang digunakan bapak penebang kayu tersebut, sang pemuda berkata "kenapa bapak tidak berhenti dulu barang sejenak sekedar untuk mengasah kampak yang telah tumpul itu ?", sang penebang menjawab "Saya tidak punya waktu untuk mengasahnya, apa lagi ini sudah sore". Sang pemuda kemudian diam dan melanjutkan perjalanannya.
Bahkan saya pun demikian, terkadang karna kesibukan menyiapkan materi terlalu padat, maka hampir tidak ada waktu untuk sejenak diam dan mengistirahatkan fikiran saya yang sebenarnya sudah jenuh. yang akhirnya materi tidak dikuasai sepenuhnya untuk kemudian di sajikan di depan kelas. yang ujung2nya stress juga jadinya.
kenapa kita tidak beristirahat dan mengasah kampak fikiran kita, supaya lebih tajam digunakan untuk melakukan aktifitas kita selanjutnya.
Sebelum semuanya terlambat, sebaiknya kita diam sejenak tuk memahami segala tindakan kita yang telah kita perbuat. untuk lebih dekat dengan diri kita sendiri, tuk lebih mengenal siapa sebenarnya jati diri kita.
issengi....???
Jayalah INDONESIAKU........
Di kota besar kayak Surabaya, orang kadang sulit mengontrol kemarahan
BalasHapusMungkin karena, jauh dari alam yang tenang dan sunyi ya, mas.
Kagak ada tempat buat merenung
Nassami.....
BalasHapusbahasa inggrisna pak silent lebih baik toh hp kali........,
saya juga pak klo ballisi sekali ma sama orang mending bertapa ka sambil diam nantipi klo marah sekalima baru ku balok2 ki dia...
jayalah indonesiaku....
Numpang baca.. nice post :)
BalasHapusHmmm...Artikel yang bagus, Sekalian pak di M coffe saja, duduk duduk diam sejenak, sambil menikmati Cappucino dingin. Lumayan Murahji juga. :D . Salam kenal juga, dan thanks sudah mampir di blogku.
BalasHapusgangggg ada yg lombaika kasi comment :((
BalasHapustp jangan sampai diam membuat kita kelihatan tak berdaya dengan keadaan disekelilingta pak
lebih baik diam dimana kita baru bertemu satu keadaan yg asing daripada di suatu keadaan yang kita sendiri sudah mengenalnya tapi kita hanya bisa diam menghadapinya??
issengi??
mudah²an isseng jeq massu'ku :)
.:MERDEKA:.
Saya rasa kita tidak perlu diam, akan tetapi yang harus kita lakukan adalah menerima, dan membiarkan semuanya berjalan, dan yang paling penting adalah "enjoy aja", karena semuanya akan kembali menemukan jalan-Nya.
BalasHapusPenebang kayu itu hanya terlalu serius menebang pohon sehingga dia tidak tahu kalau seandainya dia istirahat sebentar saja dan mengasah kapaknya, pekerjaannya akan cepat kelar.
Maju terus selagi masih ada niat baik, jangan pernah berhenti selagi masih ada kehidupan, karena hidup yang sebenarnya adalah hidup untuk menghidupkan kehidupan ini.
sy mrh k jg guru, k nda nakash k spijia hmmm
BalasHapusmalam kang,,,,
BalasHapusdi rumah ku ada titipan award untuk kang, silahkan di tengok,
sebelumnya terimakasih....
Mampir lagi, numpang baca...
BalasHapus